deraiaksara
Selamat pagi tuan puisi aku mohon diri, pulang ketempat jiwa lainku yang tengah bertapa. jiwa yang tak terlalu mengagungkan kejujuran pun juga tak menginginkan kepura puraan. Terimakasih meski kumengerti tujuan sesungguhnya tuan tersamarkan namun selama ini kaupun tak menyadari letak jiwa ketigaku yang aku sembunyikan


Wednesday, April 08, 2009

pasangan penyair palsu

Aku pun rela jadi perayu konyol demi sekuntum bahagiamu
Saat mencoba berpuisi dengan sepenuh hati
“ sayang… dari sini kulihat rembulan tepat dibelakang telingamu,
Namun mengapa kulihat pantulannya dari kedua bening matamu….”
Diluar dugaanku, engkau bukannya tersenyum geli apalagi merona pipi
Engkau justru terdiam serius menatapku, Lalu menamparku keras sekali
Setelah dua belas kali kamu minta maaf, kamu kemudian berkata padaku
“Sakit pipi kamu itu pasti besok pagi sudah hilang sayang..hilang bagai bulan berganti matahari..Tapi tidak dengan pantulan bulan di mataku ini
akan tetap disini selama engkau tak beranjak pergi…”

posted by imarkusuma at 12:35 PM

0 comments




kok bisa aku mencintaimu

Menikmatimu bagai menghisap asap rokok
Sangat berbeda rasa dengan mengunyah tembakaunya
Dua kali dua adalah sembilan bila sedang didekatmu
Aljabar dan algoritma tidaklah masuk logika

posted by imarkusuma at 12:34 PM

0 comments




takkan kulepaskan dirimu (lagi)

Setiap beranjak tidur di awal pagi
Selalu kutebarkan mimpi di penghujung parasmu
Takkan kubiarkan jaman menginjaknya
Atau topan meluluhlantakkan tatanannya
Pernah kujadikan kita menjadi kamu dan aku
Bahkan hampir saja kita menjadi tiada
Kini mimpiku dan senyummu
Dua hal yang takkan pernah terpisahkan

posted by imarkusuma at 12:33 PM

0 comments




satria vs pecundang

Tak ada perang.. tak ada pula pembunuhan
Namun kali ini aku akan matikan perasaan
Perdamaian bukanlah hanya sebuah ungkapan maaf
Seperti halnya kata usang tentang sesuatu hal yang tak pernah kalian rasakan

Hitamlah hitam
Putihlah putih
Tak ada area untuk remang ataupun abu abu
Engkau dibelakangku atau engkau berhadapan denganku
Aku sudah berdiri dan pasti kelak akan mati
Keturunanku akan tuliskan sebuah gelar pada batu nisanku
Satria sejati atau pecundang sejati bukanlah soal
Aku hanya ingin mati bukan dengan keheningan

posted by imarkusuma at 12:16 PM

0 comments



....Aku bertutur bukan sebagai teori, aku hanya bertanya yang kemudian aku jawab sendiri.Sejenak biarkan aku menjadi karang agar aku juga mampu bertahan... seperti lelaki menyeka keringat dengan angin pada tubuhnya yang telanjang..... template design by savatoons web design