deraiaksara
Selamat pagi tuan puisi aku mohon diri, pulang ketempat jiwa lainku yang tengah bertapa. jiwa yang tak terlalu mengagungkan kejujuran pun juga tak menginginkan kepura puraan. Terimakasih meski kumengerti tujuan sesungguhnya tuan tersamarkan namun selama ini kaupun tak menyadari letak jiwa ketigaku yang aku sembunyikan


Monday, March 27, 2006

Tuhan..Aku Mohon Ampun (1)

Dari pinggir kolam halaman belakang rumah, aku celupkan tangan kiriku yang penuh dengan makanan ikan.
Koi-koi peliharaanku memperebutkan. bertanya dalam hati siapa yang lebih puas dari kami, aku atau mereka para ikan? aku jawab sendiri, dua-duanya. karena kami sama sama makhluk ciptaan.
Seandainya air kolam tak aku pelihara, andai aku tak memberi kalian makanan, akankah kalian mati? dan aku berguman…Pasti!! hanya kapan kalian mati itu tak terketahui, namun tinggal berhitung hari.
“Tapi kamu bukan penguasa hidup kami” teriak mereka, kami hanya menjalankan hukum alam imbuh si “tambun” nama koi yang terbesar dalam kolam.
Hukum alam???…(aku kerutkan dahi)
“Pap.. kopi” terlihat istriku menaruh sebuah cangkir dan duduk di atas tangga gazebo. aku bergegas menghampiri, entah karena sang istri atau karena kopi.
kuhirup harum istriku lantas kuminum harum kopiku.
masih juga angan tak berhenti kata, andai istriku tak menyajikan kopi,
aku masih bisa minum kopi dengan meminta pada mbok Supi atau yang lain membuatkannya untukku.Atau aku juga bisa dengan mudah keluar dari rumah menuju ke warung kopi pinggir jalan juga ke Coffeshop Coffeshop di mall, bahkan diujung dunia sekalipun. Akan tetapi ada kemungkinan dalam perjalananku ke warung kopi aku akan mengalami kecelakaan yang membuatku mati karena tertabrak sebuah taksi, walau aku telah berusaha menyeberang jalan dengan berhati hati , apalagi kalau aku dengan sengaja tidak toleh kanan dan kiri. tertabrak taksi sampai kepala remuk mengakibatkan mati, itu hukum alam.
Tak toleh kanan kiri, mabuknya sopir taksi, terpeleset di tengah jalan yang tercecer disitu oli? Itu hanya sebab kasat mata, akibat kasat mata?? Tertabrak lalu mati !!
Lalu apa sebab akibat yang sebenarnya??? (aku tunda dulu pertanyaan ini).
Lantas dimana peran Tuhan??? …. …. ….
Sehebat itukah Tuhan yang tanpa repot repot selalu mengatur, mengawasi, memberi nikmat atau menghukum alam serta manusia sebagai penghuninya?, Seberkuasa itukah Tuhan itu sampai alam tetap tunduk dan patuh seakan berkerja dengan sendirinya untuk tetap berjalan sesuai hukum sebab akibat Tuhan???
Apakah alam adalah hanya sebuah visualisasi dari sebuah software yang terkondisi dengan bahasa bahasa matrix terjemahan dari suara,waktu,jarak,berat,rasa,cinta,sedih atau bahagia yang telah dirancang untuk dijalankan pada program windows(baca:pikiran manusia) yang telah terinstall di otak (bukan sbg kata benda) oleh “seorang” programmer maha genius?? Kalau jawabnya iya, lucu kalau kita GR (gede rasa), bahkan mungkin lebih tepatnya sombong bila kita bertanya “apa salahku hingga aku di hukum Tuhan seperti ini?”, “ ah sudahlah ini adalah cobaan dari yang di atas”, emangnya siapa elu?? Hingga Tuhan repot repot menghabiskan waktu untuk mencoba kita?? Kita serta seluruh isi alam sekarang ini tak lebih besar dari satu keping CD. Raga manusia yang hanya sebuah visualisasi dari sebuah program dengan sok nya kita anggap sebagai materi lalu menurunkan derajat dimensi Dzat Tuhan menjadi juga sebuah materi tak ubahnya kita dan seluruh makhlukNya, atau dengan kata lain memposisikan Tuhan sebagai salah satu tools atau variable dalam sebuah program keduniaan. Bihh picik sekali.
sering istriku bilang, “marilah kita serahkan hidup kita kepada yang diatas”.
Nahlohh??? Apa kalo kita tak mau menyerahkan hidup kita, kita bisa lepas dari hukum sebab akibat Tuhan?? Atau apakah kita punya hak atas hidup kita?? Lalu sekejap kemudian aku sanggah sendiri, Ahh itu hanya permainan katakata, istriku tak bisa disalahkan.
“Heh Pap.. sedang mencoba mengerti akan sesuatu?? ” Iya jawabku singkat.
Aku memandang kearah kolam, tampak si Tambun sedang diam mematung, seakan sadar aku perhatikan, dia melompat tinggi dan byuurr dia menyelam kedasar kolam, entah apa maksudnya.

posted by imarkusuma at 11:39 AM

0 Comments:



Post a Comment

....Aku bertutur bukan sebagai teori, aku hanya bertanya yang kemudian aku jawab sendiri.Sejenak biarkan aku menjadi karang agar aku juga mampu bertahan... seperti lelaki menyeka keringat dengan angin pada tubuhnya yang telanjang..... template design by savatoons web design