deraiaksara
Selamat pagi tuan puisi aku mohon diri, pulang ketempat jiwa lainku yang tengah bertapa. jiwa yang tak terlalu mengagungkan kejujuran pun juga tak menginginkan kepura puraan. Terimakasih meski kumengerti tujuan sesungguhnya tuan tersamarkan namun selama ini kaupun tak menyadari letak jiwa ketigaku yang aku sembunyikan


Monday, March 27, 2006

Peran Sang embun

Embun itu jatuh dari ujung daun yang hijau
di pagi buta menjelang fajar
kilau bening hadirnya sapa mataku
sesaat sebelum timpakan diri di atas rengkuh bumi
Aku hanya bisa diam tertegun
tanpa bisa memahami mengapa sang embun tak menghiasi hari
sampai hilang teruapkan panas matahari?
atau mengapa dia berwujudkan embun
yang sarat degan batas kesekejapan
aku tak mengerti, sungguh aku tidak mengerti
aku terhimpit sunyi
tanpa tangis juga tanpa senyum ataupun tawa
Serasa kehilangan putaran waktu
hari bergeser tanpa kehadiran kesadaranku
haruskah aku terpatung dengan dalamnya rindu… ??
mestikah aku mengesampingkan akal
untuk menjunjung tinggi keegoan,
atau memendam rapat perasaan dan memenjarakan angan?
Mana mungkin ku pilih sebuah jalan
bila kusendiri tak pahami arah tujuan
mana mungkin aku bertindak bagai hakim keadilan bila
di semua sisinya adalah kebenaran?
Yang aku tahu sekarang adalah
sang embun yang hanya bisa berperan
tanpa kekuasaan untuk memilih
apa yang sebenarnya dia inginkan
lalu bedakah aku dengan dia?
karena juga aku hanya bisa menikmati keindahanya tanpa mampu menjaga keabadiannya

posted by imarkusuma at 10:57 AM

0 Comments:



Post a Comment

....Aku bertutur bukan sebagai teori, aku hanya bertanya yang kemudian aku jawab sendiri.Sejenak biarkan aku menjadi karang agar aku juga mampu bertahan... seperti lelaki menyeka keringat dengan angin pada tubuhnya yang telanjang..... template design by savatoons web design