deraiaksara
Selamat pagi tuan puisi aku mohon diri, pulang ketempat jiwa lainku yang tengah bertapa. jiwa yang tak terlalu mengagungkan kejujuran pun juga tak menginginkan kepura puraan. Terimakasih meski kumengerti tujuan sesungguhnya tuan tersamarkan namun selama ini kaupun tak menyadari letak jiwa ketigaku yang aku sembunyikan


Saturday, March 25, 2006

Mentari dan Pelangi

Seorang laki laki berniat menyempurnakan mimpi dan mempersiapkan diri demi sebuah esok hari.. hari pada saat nanti dimana bunga bunga harga diri menjadi hiasan peti mati.
Seorang laki-laki yang sedang mengemasi perbekalan perjalanan sukma lengkap dengan cungkup saji berupa tujuh cakra meditasi serta sekeranjang nyali.
Namanya adalah Mentari.. seorang laki-laki yang sedang berpamitan kepada sang istri sekaligus memohon juga melaksanakan ritual suci menyalakan api abadi pertanda masih adanya ikatan hati. Mengangguklah sang istri..dia adalah Pelangi.
Mentari:
Tak ada alasan menghindar dari busuk penghuni jaman karena dunia adalah pasar..memang adalah tempat jual beli kehormatan, ada harga yang ditawarkan meski tak terjangkau oleh sebagian orang.
Pelangi:
Akan tetapi sekarang engkau membutuhkan ruang dengan bau kemenyan demi keseimbangan..aku paham dan akan selalu paham.
Mentari:
Engkau lebih mengerti bila saatnya sudah datang… siapakah Dewa yang telah mendatangimu untuk memberikan kabar ini?
Pelangi:
Seribu Dewa yang menyampaikan..seribu lainnya mengiyakan.. dan seribu lainnya meragukan senyumku sebagai tanda kesediaan serta keihlasan. Dengarkan ucapan ini suamiku, ucapan yang kusampaikan pada tigaribu Dewa yang mendatangiku… “Aku dan suamiku adalah pasangan jiwa. Raga kami adalah sangkar cinta ang tahu apa arti dahaga dan cara membasahinya. Kami adalah saling pemanfaatan, kami adalah saling pelengkapan. Seperti jari jemari kami yang menyatu genggam membentuk satu kepalan tuk melawan apa dan siapapun yang berniat mengoyak masa depan. Suamiku sedang sekarat hati karena lelah menghirup busuknya pelaku kehidupan.. aku bisa melihat itu lebih dulu dari pada kalian para Dewa, karena kalian diatasnya sedang aku ada di dalam kalbunya”.
Mentari:
Ya pasangan jiwaku..terimakasih.. bukalah bibirmu karena akan kuhembuskan ruh syahwat duniaku, aku titip itu karena memang hanya engkaulah yang mampu memeliharanya.
Pelangi:
Ya pasangan jiwaku .. terimakasih.. ini bibirku, lalu ciumlah aku seperti pertamakali dulu kau mencium bibirku, kuingat waktu itu sudah yakin bahwa engkau akan mampu menjadi pembendung airmataku. Sekarang pergilah.. berangkatlah menuju pertapaan menemui guru sejatimu. Sudah engkau sampaikan banyak jawaban, bahkan dari yang aku tak mampu merangkai kata sebagai pertanyaan.. kini sudah saatnya engkau mengajari dirimu sendiri, kelak bimbinglah aku dan keturunanmu. Lihat wahai Suamiku… Mentari dan Pelangi sedang ditantang para Dewa......

posted by imarkusuma at 1:53 PM

0 Comments:



Post a Comment

....Aku bertutur bukan sebagai teori, aku hanya bertanya yang kemudian aku jawab sendiri.Sejenak biarkan aku menjadi karang agar aku juga mampu bertahan... seperti lelaki menyeka keringat dengan angin pada tubuhnya yang telanjang..... template design by savatoons web design